Pemanasan
Global (Global Warming) dan Efek
Rumah Kaca
Pemanasan global (Global Warming) adalah suatu proses
meningkatnya suhu rata-rata atmosfer, laut, dan daratan Bumi. Secara umum
pemanasan global didefinisikan dengan meningkatnya suhu permukaan bumi oleh
gas rumah kaca akibat aktivitas manusia. Meski suhu lokal berubah-ubah secara
alami, dalam kurun waktu 50 tahun terakhir suhu global cenderung meningkat
lebih cepat dibandingkan data yang terekam sebelumnya. Dan sepuluh tahun terpanas
terjadi setelah tahun 1990.
Ilustrasi Sumber Pemanasan Global di Indonesia Sumber : http://ronnyyusuf88.blogspot.com/2012/11/global-warming-pemanasan-global.html (2012) |
Pemanasan global juga sering
dikaitkan dengan perubahan iklim. Trenberth, Houghton and Filho (1995) dalam
Hidayati (2001) mendefinisikan perubahan iklim sebagai perubahan pada iklim
yang dipengaruhi langsung atau tidak langsung oleh aktivitas manusia yang
merubah komposisi atmosfer yang akan memperbesar keragaman iklim teramati pada
periode yang cukup panjang. Menurut Effendy (2001) salah satu akibat dari
penyimpangan iklim adalah terjadinya fenomena El-Nino dan La-Nina. Fenomena
El-Nino akan menyebabkan penurunan jumlah curah hujan jauh di bawah normal
untuk beberapa daerah di Indonesia. Kondisi sebaliknya terjadi pada saat
fenomena La-Nina berlangsung.
Suhu rata-rata global pada permukaan
Bumi telah meningkat 0.74 ± 0.18 °C (1.33 ± 0.32 °F) selama seratus tahun
terakhir. Intergovernmental Panel on
Climate Change (IPCC) menyimpulkan bahwa, "sebagian besar peningkatan
suhu rata-rata global sejak pertengahan abad ke-20 kemungkinan besar disebabkan
oleh meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah kaca akibat aktivitas manusia"
melalui efek rumah kaca. Kesimpulan dasar ini telah dikemukakan oleh setidaknya
30 badan ilmiah dan akademik, termasuk semua akademi sains nasional dari
negara-negara G8. Akan tetapi, masih terdapat beberapa ilmuwan yang tidak
setuju dengan beberapa kesimpulan yang dikemukakan IPCC tersebut.
Model iklim yang dijadikan acuan
oleh projek IPCC menunjukkan suhu permukaan global akan meningkat 1.1 hingga
6.4 °C (2.0 hingga 11.5 °F) antara tahun 1990 dan 2100. Perbedaan angka
perkiraan itu disebabkan oleh penggunaan skenario-skenario berbeda mengenai
emisi gas-gas rumah kaca pada masa mendatang, serta model-model sensitivitas
iklim yang berbeda. Walaupun sebagian besar penelitian terfokus pada periode
hingga 2100, pemanasan dan kenaikan muka air laut diperkirakan akan terus
berlanjut selama lebih dari seribu tahun walaupun tingkat emisi gas rumah kaca
telah stabil. Ini mencerminkan besarnya kapasitas kalor lautan.
Meningkatnya suhu global
diperkirakan akan menyebabkan perubahan-perubahan yang lain seperti naiknya
permukaan air laut, meningkatnya intensitas fenomena cuaca yang ekstrem, serta
perubahan jumlah dan pola presipitasi. Akibat-akibat pemanasan global yang lain
adalah terpengaruhnya hasil pertanian, hilangnya gletser, dan punahnya berbagai
jenis hewan.
Beberapa hal yang masih diragukan
para ilmuwan adalah mengenai jumlah pemanasan yang diperkirakan akan terjadi
pada masa depan, dan bagaimana pemanasan serta perubahan-perubahan yang terjadi
tersebut akan bervariasi dari satu daerah ke daerah yang lain. Sebagian besar pemerintahan negara-negara di dunia telah menandatangani dan
meratifikasi Protokol Kyoto, yang
mengarah pada pengurangan emisi gas-gas rumah kaca.
1.
Efek Rumah
Kaca
Efek rumah kaca (ERK) alami adalah
suatu fenomena yang terjadi karena adanya gas-gas tertentu di lapisan atmosfer.
Gas-gas ini menyebabkan sebagian dari sinar inframerah (sinar panas dari
matahari) yang dipancarkan oleh bumi terserap oleh gas-gas ini di lapisan
troposfer dan tidak dipancarkan ke angkasa, akibatnya terjadi kenaikan suhu
troposfer dan permukaan bumi. Gas-gas yang menyerap sinar inframerah ini
disebut gas rumah kaca (GRK).
Apabila tidak ada ERK alami, suhu
permukaan bumi dingin sekali yaitu sekitar-18 oC, namun dengan
adanya efek rumah kaca alami ini maka suhu bumi rata-rata adalah 15 oC,
sesuai dengan kehidupan manusia. Kegiatan manusia (antrhopogenik) yang meningkat berbanding lurus dengan emisi ERK,
dan akan menyebabkan suhu permukaan bumi yang disebabkan oleh kenaikan
intensitas ERK atau dengan kata lain disebut dengan pemanasan global.
Skema Terjadinya Efek Rumah Kaca http://pesonageografi.wordpress.com/2011/01/22/pemanasan-global-global-warming/ (2011) |
Seorang ahli matematika dan fisika
dari Prancis, Jean B. Fourier pada tahun 1822 menjelaskan bahwa sebenarnya
atmosfer bumi sama dengan kaca dari sebuah rumah kaca. Dijelaskan bahwa sinar
matahari dapat masuk kedalamnya namun akan tertahan didalamnya pada saat
“gelap”. Svante August Arrhenius, seorang ilmuwan Swedia, pada tahun 1896
menyatakan bahwa dengan meningkatnya emisi gas CO2 sebagai akibat
dari Revolusi Industri pada masa itu, akan menyebabkan pemanasan global yaitu
naiknya suhu permukaan bumi.
2.
Gas Rumah
Kaca dan Sumbernya
Gas rumah kaca alami yang terutama
adalah karbondioksida (CO2), metan (CH4), ozon (O3),
dinitrogen oksida (N2O), metil khlorida (CH3Cl) dan uap
air. Kegiatan manusia yang meningkat mengakibatkan terjadi pencemaran dengan
peningkatan jumlah emisi dan komponen GRK, terutama gas CO2 dan
masuknya kelompok gas CFC sebagai GRK.
Sumber GRK yang terbesar adalah
proses pembakaran bahan bakar fosil yang berasal dari pembangkitan tenaga,
keperluan rumah tangga, dan transportasi. Gas utama yang dihasilkan dari
aktivitas ini adalah CO2, kemudian metan (CH4) dari gas
alam dan penambangan batubara, serta dinitrogen oksida (N2O) dan
ozon sebagai hasil pembakaran bahan bakar fosil, dari proses penggunaan
kelompok gas CFC, diikuti dari perkebunan dan penebangan hutan, dan industri.
3.
Pengaruh
Radiasi Matahari Terhadap Bumi
Radiasi matahari yang datang ke bumi tidak seluruhnya terserap oleh permukaan
bumi karena dipantulkan oleh awan dan permukaan bumi terutama yang mengkilap
seperti es dan salju. Radiasi yang terserap kemudian dikonversi menjadi panas
yang menghangatkan bumi. Selanjutnya, terjadi emisi kembali oleh permukaan bumi
ke atmosfer. Karena suhu bumi yang rendah, maka sinar yang dipancarkan oleh
bumi adalah sinar bergelombang panjang, yaitu inframerah.
Sebagian dari radiasi inframerah ini
lepas ke luar angkasa dan sebagian lagi diserap oleh GRK dan dire-emisikan
kembali ke permukaan bumi. Sebagai akibat langsung dari peristiwa ini maka
terjadilah pemanasan permukaan bumi dan troposfer. Peristiwa ini terjadi secara
berulang-ulang dan terus-menerus.
4.
Pemanasan
Global dan Dampaknya
Pemanasan global yang semakin lama
semakin meningkat dan bertambah buruk menyebabkan berbagai fenomena di alam
yang tidak biasa seperti kemarau berkepanjangan dan bencana-bencana lainnya.
Hal ini tidak lepas dari kegiatan manusia yang semakin meningkat dan kurang
mempedulikan lingkungan. Dampak-dampak yang dapat terjadi akibat pemanasan
global antara lain :
a.Kenaikan permukaan air laut. Kenaikan permukaan air
laut ini dapat menyebabkan hilang/tenggelamnya pulau-pulau kecil.
b.Perubahan iklim regional daerah pertanian. Pemanasan
global pada suatu daerah dapat menyebabkan peningkatan hari yang mengalami suhu
ekstrim panas, dan penurunan pada hari yang mengalami suhu ekstrim dingin,
sementara di daerah lain mengalami keadaan sebaliknya.
c. Perubahan pada Ekosistem. Kenaikan suhu bumi secara
kontinyu dapat menyebabkan terganggunya kehidupan beberapa spesies sehingga
bermigrasi ke daerah lain, juga berpengaruh pada tumbuhan yaitu dapat
menyebabkan kematian tumbuhan dan pohon-pohon hutan, terutama yang berada di
daerah tropis. Pada akhirnya, kematian pohon-pohon ini akan menyebabkan gas O2
menurun dan penyerapan gas CO2 berkurang.
d. Pengaruh pada kesehatan manusia. Pemanasan global
memang tidak berpengaruh langsung terhadap kesehatan manusia, namun peningkatan
suhu yang tinggi dapat menyebabkan penduduk mengalami kepanasan dan stress yang
nantinya dapat mengganggu kesehatan.
e.Pengaruh pada lapisan ozon stratosfer. Terjadinya
pemanasan pada lapisan troposfer di dekat lapisan stratosfer, akan menyebabkan
pendinginan pada lapisan stratosfer dan memberikan efek positif pada ozon
stratosfer. Namun di sisi lain, hal ini menyebabkan kerusakan ozon di atas
antartik dan artik.
5.
Pengendalian
Pemanasan Global
Pengendalian pemanasan global
diperlukan pada penyebab terjadinya yaitu kenaikan intensitas efek rumah kaca
(ERK). Upaya untuk mengatasi kenaikan ERK tersebut baik dalam ruang lingkup
regional maupun internasional dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
a.Pengurangan emisi gas rumah kaca (GRK), terutama CO2,
CH4, N2O dan kelompok gas CFC dan Ozon stratosfer.
Beberapa cara untuk pengurangan ini antara lain :
1) Efisiensi penggunaan energi.
2) Menggunakan sumber energi yang ramah lingkungan dan
terbarukan.
3) Mengurangi emisi kelompok gas CFC.
4) Mengurangi emisi methan.
5) Mengurangi pembakaran limbah biomassa.
b. Peningkatan reboisasi.
c. Kesepakatan internasional tentang perubahan iklim,
khususnya prinsip tentang pengaturan ERK serta melakukan inventarisasi GRK dan
penyerapannya secara nasional pada setiap negara.
Ada dua pendekatan utama untuk
memperlambat semakin bertambahnya gas rumah kaca. Pertama, mencegah karbon
dioksida dilepas ke atmosfer dengan menyimpan gas tersebut atau komponen
karbon-nya di tempat lain. Cara ini disebut carbon sequestration (menghilangkan
karbon). Kedua, mengurangi produksi gas rumah kaca.
Cara yang paling mudah untuk
menghilangkan karbondioksida di udara adalah dengan memelihara pepohonan dan
menanam pohon lebih banyak lagi. Pohon, terutama yang muda dan cepat
pertumbuhannya, menyerap karbondioksida yang sangat banyak, memecahnya melalui
fotosintesis, dan menyimpan karbon dalam kayunya. Di seluruh dunia, tingkat
perambahan hutan telah mencapai level yang mengkhawatirkan. Di banyak area,
tanaman yang tumbuh kembali sedikit sekali karena tanah kehilangan kesuburannya
ketika diubah untuk kegunaan yang lain, seperti untuk lahan pertanian atau
pembangunan rumah tinggal. Langkah untuk mengatasi hal ini adalah dengan
penghutanan kembali yang berperan dalam mengurangi semakin bertambahnya gas rumah
kaca.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar